Selasa, 03 Agustus 2010

Dampak Pemindahan Ibu Kota

Biaya Pemindahan Ibu Kota Sangat Besar 

 
TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menaksir ongkos untuk pemindahan ibu kota negara ke wilayah lain sangat besar. Lembaga ini menyarankan perlunya dilakukan kajian mendalam jika ingin mewujudkannya. "Pindah itu implikasinya luas," kata Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta kemarin.

Rusman menyarankan agar pemerintah pusat membenahi wilayah DKI Jakarta lebih dulu sebelum memutuskan memindahkan ibu kota. Salah satu caranya adalah tak memusatkan pembangunan mal di Jakarta. “Banyak mal hanya akan menarik lebih banyak pendatang,” kata dia. Pusat belanja, kata Rusman, sebaiknya didirikan di luar Jakarta, misalnya di Karawang.

Wacana pemindahan ibu kota negara mencuat karena kemacetan di DKI Jakarta semakin menggila. Perbincangan soal pemindahan ibu kota itu pertama bergulir di seminar yang digelar Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) pekan lalu.

Beberapa daerah yang dijagokan menggantikan Jakarta, antara lain, kota di pinggir Jakarta, Palangkaraya, serta salah satu kota di Indonesia timur. Sebagian pembicara menolak gagasan tersebut. Dewan Penasihat Presiden Emil Salim, misalnya, menilai tata ruang Jakarta masih mampu mendukung aktivitas skala regional dan global.

Menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, dalam pemerintahan Presiden Soekarno memang pernah muncul rencana pemindahan ibu kota ke Palangkaraya. Saat itu alasan yang dikemukakan adalah tak adanya potensi gempa di ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah tersebut. Tapi kini keinginan pindah muncul lantaran dalih kemacetan lalu lintas yang parah di Jakarta. “Serahkan saja kepada DKI Jakarta,” kata dia, akhir pekan lalu.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menolak mengomentari wacana tersebut. “Karena tugas saya di Jakarta," kata dia. Namun Wakil Gubernur Prijanto mendukung gagasan pemindahan ibu kota.

Menurut Prijanto, hal itu akan menyelesaikan problem perkotaan sembari meratakan pembangunan nasional. “Daerah-daerah yang tertinggal di sejumlah wilayah akan ikut berkembang.”

Ia juga tak mempersoalkan seandainya Jakarta dijadikan kota jasa dan pusat perekonomian. Untuk kepentingan ini, kompleks perguruan tinggi yang masih tersebar di dalam kota mesti dipindahkan ke pinggiran Jakarta.

l EVANA DEWI | ROSALINA | RIKY FERDIANTO | Jobpie S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar